Novel : Belum ada judul (Pt.3)
Setelah kejadian itu kami pun mulai dekat,
mulai dari mengerjakan tugas bareng, pergi ke kampus bareng hingga jalan-jalan
berdua. Menurut prediksi kharisa mungkin christ mulai tertarik, tapi sekali
lagi ditekankan untuk jangan terlalu baper alias bawa perasaan, tapi menurutku
ini sudah terlalu lama, sudah 11 bulan kami dekat dan dia tidak menunjukan
tanda-tanda bahwa dia menginginkan hubungan yang lebih, padahal sebentar lagi
kami akan sidang dan artinya kami akan terpisah setelah lulus nanti. Tapi
setiap aku ingin menanyakan kejelasan status kami, dan melihat dia yang tengah
sibuk akan skripsinya membuatku mengurungkan diri, mungkin saat kelulusan aku tanyain pikirku dalam hati. Sekarang ini
yang bisa aku lakukan hanyalah fokus dengan skripsi karena targetku yang ingin
3 tahun cepat lulus, dan dengan dia di sampingku membuatku semangat juga
semakin terpacu untuk meraih yang terbaik. Tibalah hari dimana penentuan nasib
kami ke depannya, akankah lulus atau tidak, aku sempat gugup namun tiba-tiba
dia datang dan menggenggam tanganku sambil berkata “kamu pasti bisa, kita udah
berjuang sampe sejauh ini, oke?” aku pun membalas genggamannya sambil
tersenyum, ya, karena kamu-lah aku bisa. Akhirnya setelah menunggu lama
giliranku tiba, kharisa dan christ yang berada diluar menyemangatiku dan aku
melangkah mantap, aku pasti bisa. Setelah 1 jam sidang akhirnya aku diputuskan
lulus, aku menitikkan air mata bahagia dan berhamburan keluar memeluk kharisa
dan christ. Kami bertiga lulus sidang, dengan perjuangan yang melelahkan
akhirnya impian kami semua terwujud; lulus dengan tepat waktu. Semua bersorak
menyambut kelulusan kami, aku tidak menyangka bahwa pada akhirnya akan tersemat
gelar di belakang namaku dan membuat kedua orang tuaku bangga.
Tibalah
hari kelulusan dimana air mata paling banyak tumpah karena putra-putri, teman
atau kekasih mereka telah lulus. Selama perayaan kelulusan aku melirik ke arah
christ, dan dia juga melirikku lalu tersenyum, akhirnya setelah perayaan
kelulusan yang cukup lama selesai kami berhamburan keluar dan mulai berfoto,
kharisa dan aku telah menghasilkan banyak ratusan foto karena memang kami
berdua suka sekali dengan foto. “Ra, lo foto sama christ gih, ntar gue yang
fotoin” katanya sambil menarik lenganku menuju arah christ, aku pun menunduk
malu ketika kami berdua berhadapan ketika dengan dinginnya kharisa mengatakan
“oy christ, lo foto dong sama ara, gue yang foto. You both like a couple”
sambil nyengir lebar. Rasanya aku ingin menjambak sanggulnya yang dia bilang
menyaingi syahrini itu, tanpa disangka christ mengangguk setuju dan menarikku
untuk berada di dekatnya. Dia melingkarkan tangannya ke pundakku dan aku
melingkarkan tanganku ke pinggangnya, “say cheese” seru kharisa. Aku memandang
sosok itu, sosok yang aku kira tidak akan pernah bisa untuk di dapatkan,
nyatanya bisa dekat denganku hingga setahun lebih. Karakternya yang pendiam dan
tidak banyak bicara membuatku semakin mencintainya dan berharap kami akan terus
selalu seperti ini. “Eh lo berdua kapan resmi pacaran?” tanya kharisa di
sela-sela sesi foto. Christ memandangku sambil tersenyum lalu memandang ke arah
kharisa “apa arti sebuah status kalau lo bisa nyaman kalau deket dia. Cukup
liat dia bahagia deket gue juga itu udah bikin gue seneng” dan jawaban dari
christ sukses membuat kharisa cengo sesaat dan aku tertunduk malu. Ya Tuhan,
makhluk dingin seperti dia tidak ku sangka bisa berkata seperti itu, tapi entah
mengapa aku semakin mengaitkan tanganku ke tubuhnya, seakan dia bisa hilang
kapan saja. Christ yang melihat itu hanya tersenyum dan mengusap kepalaku, lalu
membisikkan kata “terima kasih”.
0 komentar: