Novel : Belum ada judul (Pt.4)

11.43 Unknown 0 Comments

           3 tahun berselang hubunganku dengannya semakin dekat, dia dan aku bekerja di perusahaan yang berbeda namun dia selalu memberiku kabar kapanpun dia sempat. Aku sangat bahagia memiliki lelaki sepertinya, lelaki yang bertanggung jawab dan tidak pernah melanggar janjinya; janji tidak akan menyakitiku meski dalam keadaan apapun. Aku selalu memimpikan akan hidup bahagia bersama dia selamanya, berjalan beriringan hingga akhir hayat. Namun terkadang apa yang kita impikan belum tentu selaras dengan apa yang terjadi, manusia hanya bisa berencana namun Tuhan yang menentukan. Dan disinilah aku, terpaku mendengar kabar bahwa dia telah tiada akibat kecelakaan mobil. Kendaraan yang dia gunakan terjatuh ke jurang akibat rem yang blong, dan pada saat dievakuasi nyawanya tak tertolong. Dan sekali lagi aku menyalahkan-Nya, mengapa ia tega memisahkan dua anak manusia yang ingin memiliki masa depan yang indah. Sejak saat itu aku tidak berani ke pemakamannya karena masih tidak percaya bahwa dia telah tiada, dia yang menemaniku selama 4 tahun kini telah pulang ke alam sana, karena aku percaya bahwa dia masih ada dan aku tengah menunggu kedatangannya.
Akhirnya kesadaranku pulih dan melihat sekeliling; kamarku. Ketukan pintu kamar membuatku menoleh dan melihat kharisa datang, dia hanya tersenyum dan menyerahkan makanan padaku. “Ra, gimana keadaan lo? Baikan? Oh iya gue nemuin ini, dari christ buat lo” dia menyodorkan buku serta surat di dalamnya. Aku mengambil buku tersebut dan membaca judulnya ‘Meet In Heaven’ setelah itu aku membuka surat yang ada di dalamnya.
To: Ciara, my future wife
Hay, apa kabar? Hehe kaya surat kaleng banget ya? Mungkin buat kamu ini alay atau terkesan jadul tapi you know me ya. Aku emang ga gaul, ga kaya kamu tuh yg anak socmed banget hehe ga nyambung? Maaf. Oh iya aku Cuma pingin bilang I’m so lucky to have you, memang kita ga pacaran tapi kamu nyaman kan sama aku? Say yes, please. Dari awal ketemu aku emang udah tertarik sama kamu tapi karna aku pemalu ya jadinya kamu yg mulai, sebenernya agak minder juga sih waktu pertama kamu yg ajak aku ngobrol. Oh ya maaf kalau selama ini aku ga romantis atau ga ngasih kamu kejelasan soal hubungan kita. Aku nulis ini supaya bisa ngeluarin kata kata romantis meski kaya nya jadul banget cara nya, aku selama ini bukannya ga mau pacaran sama kamu tapi aku Cuma pingin kamu jadi yang pertama dan terakhir, bisa dibilang aku mau ngelamar kamu tapi aku bingung cara nya gimana. Maka nya aku nulis di surat dan pengen nunjukin keseriusan aku. Aku bakal berusaha buat ngelamar kamu dengan cara yg romantis. I just want to say I love you before I met you and never change till the end. Forever and plus one day.
From: Chris,t your future husband

Seketika tangisku pecah dan kharisa langsung menenangkanku, aku meracau sambil terisak, tanpa disadari buku serta surat yang berada ditanganku terjatuh dan keluarlah benda di dalam buku tersebut. Aku dan kharisa saling berpandangan lalu perlahan mengambil benda tersebut yang ternyata sebuah cincin, dengan ukiran yang indah serta sebuah kristal di tengahnya membuat siapapun yang melihatnya akan terpesona. Kharisa mendekap mulutnya lalu spontan memelukku dengan erat, kami pun menangis bersama, berusaha menghilangkan rasa sedih yang teramat sangat dalam.
This is a modern fairytale no happy endings no wind in our sails, but I can’t imagine a life without breathless moments breaking me down.
Akhirnya aku pun terlelap di tengah lantunan lagu The Heart Wants What It Wants.

                2 hari setelah kepergian christ, teman serta keluargaku selalu ada disampingku dan tidak pernah meninggalkanku. Kharisa yang selalu memantau perkembanganku pun selalu menyemangatiku hingga sebuah kalimat yang terlontar dari mulutnya “Life must go on ra, lo gabisa nyalahin siapa pun. Ini udah takdir, dan lo harus terima. Lo harus percaya pasti bakal dapet yg baik. Tuhan slalu punya rencana yg indah” aku pun merenungkan kata-kata tersebut lalu memantapkan diri bahwa aku harus bangkit. Memang aku juga tidak seharusnya menyalahkan keadaan, karna beginilah takdir, suka atau tidak harus kita terima. Aku pun memantapkan diri untuk berubah menjadi lebih baik dan mulai menata kembali hidupku yang sempat terpuruk dengan mengukir sebuah senyuman dan mulai menjalani rutinitas seperti biasa.
                Inilah jalan hidup yang harus bisa aku lalui, tanpa dia. Tapi dia akan selalu ada dan hidup di benakku dan dia juga pernah menjadi bagian dalam hidupku. Aku pun menaburkan bunga di sekitar pemakamannya dan memanjatkan doa, setelah melihat sepintas nama yang terukir di nisan tersebut aku pun berdiri dan melangkah pulang. Karena masih ada hari yang harus aku jalani dan masa depan ku masih panjang, ku harap dia tersenyum disana, sama saat dia tersenyum untuk pertama kali nya.

 I love you forever plus one day, Christ

Written by : Claudia

0 komentar: